Matahari dan Perisai Kita
Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai. —Mazmur 84:12
Mungkin Anda terkejut mengetahui banyaknya orang yang menderita gangguan SAD (Seasonal Affective Disorder), atau gangguan afektif musiman, yaitu keadaan depresi yang dialami orang secara berulang pada musim tertentu setiap tahunnya. Suasana hati penderita gangguan ini sangat dipengaruhi oleh cuaca yang dihadapinya. Kebanyakan orang merasa senang jika cuaca cerah, tetapi menjadi murung jika langit tampak mendung, sampai-sampai merasa depresi.
Begitulah kondisi saya ketika masih remaja dan belum menjadi Kristen. Setiap pagi saya selalu mengecek keadaan cuaca. Jika cuaca cerah, saya senang; jika cuaca mendung, hati saya pun mendung. Suatu malam, saya sadar saya membutuhkan Yesus. Sambil berlutut di sisi tempat tidur, saya memohon pengampunan-Nya atas dosa-dosa saya dan mengundang Dia masuk dalam kehidupan saya.
Esok paginya saya lupa mengecek cuaca! Hal itu sudah tidak lagi menjadi masalah. "Surya kebenaran" telah terbit dalam hati saya (Mal. 4:2). Saya tidak lagi membutuhkan matahari untuk membuat saya bahagia, karena sekarang saya memiliki Sang Anak Allah yang menghibur dan menuntun saya. Sejak saat itu, meski kehidupan saya masih juga ditimpa masa-masa suram, Tuhan Yesus telah menjadi "matahari dan perisai" saya yang setia ( Mzm. 84:12).
Saya masih tetap menyukai hari-hari yang cerah, tetapi saya tidak lagi bergantung pada sinar matahari. Sekarang saya mengikuti dan mengandalkan Anak Allah yang selalu bersinar terang dalam hati saya, bagaimanapun keadaan cuaca di luar sana.
Dalam masa-masa depresi, marilah mengingat bahwa Allah mengasihi kita dan ingin memberikan kekuatan baru dalam hubungan kita dengan-Nya!
Renungkan:
Apa yang membuat Anda bahagia? Kapan Anda merasa sangat bersemangat menjalani hidup? Bagaimana Yesus mengubah perasaan Anda terhadap diri Anda sendiri, bahkan ketika hari-hari Anda tidak berjalan sesuai harapan?
Mari berdoa:
Agar sebagai orang percaya, kita semakin peka terhadap kebutuhan saudara-saudari seiman yang sedang bergumul dengan kesehatan mental mereka.
Agar mereka yang bergumul dapat mengalami rasa aman lewat kehadiran dan pendampingan dari keluarga, hamba Tuhan, maupun konselor yang melayani mereka.