Tempat Curhat Baru: Pusat Konseling

Evans Garey

Everybody hurts! Demikian judul lagu dari sebuah kelompok musik rock asal Amerika, R.E.M., pada tahun 1992. Dalam lagu itu, R.E.M. menyadari realitas bagaimana setiap orang pernah mengalami setidaknya satu saat ketika hari terasa begitu panjang dan malam terasa begitu sunyi, saat segala sesuatu berjalan tidak sesuai dengan harapan. Bahkan, saking kacaunya, ada yang berpikir untuk mengakhiri hidup karena tidak tahan lagi dengan penderitaan yang mereka alami. Lirik lagu R.E.M. tersebut seakan menegaskan kenyataan yang tak terhindarkan bahwa setiap orang pernah terluka akibat permasalahan yang dialaminya dalam hidup.

Orang beriman juga tidak imun terhadap permasalahan kehidupan. Tengok saja tokoh-tokoh Alkitab, maka kita akan menemukan bahwa mereka pun orang-orang yang “bermasalah”. Musa dikenal sebagai seorang pemimpin dan pahlawan besar, tetapi ia adalah pangeran yang gagal dan pelarian di padang gurun. Daud adalah raja Israel yang sangat terkenal, tetapi bermasalah dengan nafsu seksual hingga meniduri perempuan yang bukan istrinya dan terlibat dalam pembunuhan suami perempuan tersebut. Petrus adalah rasul yang dianggap sebagai pemimpin para rasul, tetapi ia juga dikenal sebagai seorang yang kata-katanya tidak bisa dipegang dan menyangkali Yesus sampai tiga kali.

Masalah dalam hidup datang dalam berbagai bentuk dan bisa berdampak luas bagi masing-masing orang. Dampak dari permasalahan itu bisa berupa perasaan iritasi, gelisah, cemas, depresi, bahkan juga traumatis. Bingung memilih makanan di aplikasi online mungkin tidak berdampak apa-apa bagi diri kita. Bingung dalam memilih karier di masa depan, memilih pasangan, atau cara mengasuh anak mungkin sempat membuat kita gelisah dan cemas. Dampak lebih besar bisa terjadi ketika seseorang mengalami permasalahan yang sangat berat, seperti menderita sakit parah yang mengancam jiwa atau kehilangan orang yang dikasihi. Dampaknya sangat besar bagi kondisi mental seseorang, sehingga tidak jarang berujung pada depresi dan trauma yang dapat melumpuhkan diri.

Dampak permasalahan hidup sangat besar bagi kondisi mental seseorang, sehingga tidak jarang berujung pada depresi dan trauma yang dapat melumpuhkan diri.

Cara orang menghadapi masalah

Secara alamiah, orang cenderung menghindari situasi-situasi yang ia persepsikan sebagai masalah. Salah satu cara yang sering dilakukan untuk menghindari masalah adalah dengan melupakannya. Orang berpikir, kalau ia melupakan masalah yang dialami maka masalah itu akan hilang dan tidak lagi mengganggu dirinya. Akan tetapi, cara ini tidak tepat, karena faktanya masalah tidak serta-merta hilang dengan dilupakan. Otak kita menyimpan berbagai macam ingatan, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Karena itu, ingatan mengenai hal-hal yang penting seperti masalah yang kita hadapi dapat tersimpan dalam jangka waktu yang panjang.

Kita perlu memiliki cara yang lebih baik dalam mengatasi masalah hidup. Daripada menghindari dan melupakannya, kita perlu belajar mengelola masalah yang ada. Tujuan pengelolaan itu adalah agar masalah tersebut tidak berdampak negatif bagi diri kita. Namun, untuk dapat mengelola masalah, mungkin kita membutuhkan dukungan dan pertolongan dari pihak lain. Dari manakah kita bisa mendapatkan pertolongan atas permasalahan hidup yang kita hadapi? Manusia adalah makhluk sosial, seperti kata ungkapan, “No man is an island.” Orang tidak bisa hidup sendirian—kita membutuhkan orang lain. Kehadiran dan pertolongan orang lain merupakan hal yang wajar, serta hakikat dalam kehidupan sosial kita sebagai manusia.

Setiap orang pasti menghadapi masalah, besar atau kecil. Yang penting adalah respons kita untuk mengatasi masalah tersebut. Kita perlu bersikap bijaksana dengan tidak membiarkan masalah itu menjadi “bom waktu” yang dapat meledak kapan saja tanpa kita sadari. Karena itu, daripada menghindari masalah atau menyimpannya sendiri, kita mempunyai pilihan yang lebih baik untuk membicarakannya dengan orang lain yang mungkin dapat menolong kita mengatasi masalah tersebut. Orang tersebut bisa pasangan kita, teman yang kita percaya, atau seorang ahli dalam bidangnya seperti rohaniwan, psikolog, atau psikiater.

Daripada menghindari masalah atau menyimpannya sendiri, kita mempunyai pilihan yang lebih baik untuk membicarakannya dengan orang lain yang mungkin dapat menolong kita mengatasi masalah tersebut.

Belajar membuka diri untuk menerima pertolongan

Michael Phelps, atlet renang pemegang rekor medali Olimpiade, pernah mengalami kecemasan dan depresi yang membuat jiwanya lumpuh. Selama bertahun-tahun Phelps menyimpannya sendiri, sehingga hal tersebut berdampak buruk sampai-sampai ia sempat ingin mengakhiri hidupnya. Ketika akhirnya Phelps membuka diri untuk mencari pertolongan atas depresi yang dialaminya bertahun-tahun, ia mendapat pertolongan sehingga perlahan-lahan kehidupan pribadinya menjadi lebih baik. Dari pengalaman Phelps tersebut, kita dapat belajar membuka diri dan mencari pertolongan yang tepercaya.

Saat ini telah berkembang lembaga-lembaga yang memberikan pertolongan seperti pusat konseling Kristen. Lembaga atau pusat konseling merupakan wadah yang terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan untuk membantu orang lain dengan menggunakan metode konseling. Ini bagian dari anugerah Allah bagi umat-Nya yang sedang bergumul. Konseling yang benar dan dilandaskan firman Tuhan dapat menolong seseorang untuk lebih berdaya dalam mengatasi masalah hidupnya. Pilih dan manfaatkanlah lembaga atau pusat konseling yang sesuai untuk membantu kita mengatasi permasalahan hidup. Di dalam lingkungan konseling yang ramah, aman, dan nyaman, Anda dapat “curhat” mengenai apa yang mengganggu perasaan dan pemikiran Anda kepada konselor yang tepercaya. Anda tidak saja mendapat “telinga” yang mendengarkan, tetapi juga dibantu untuk menemukan jalan keluar yang mungkin selama ini belum terpikirkan oleh Anda.

Jangan ragu, karena konseling bisa berdampak positif, menolong memberikan kelegaan, bahkan menyelamatkan hidup Anda. Jika Anda membutuhkan pertolongan bagi kesehatan jiwa Anda, hubungilah lembaga/pusat konseling yang kami cantumkan di laman https://santapanrohani.org/kesehatan-mental/. Kiranya Tuhan menolong Anda!

Penulis:
Dr. Evans Garey, M.Si.
Konselor, Peneliti dan Narasumber tentang Psikologi Remaja, Psikologi Positif S3 bidang Psikologi Perkembangan, Program Doktor Psikologi, Universitas Padjajaran, Bandung