Aku Mengalami Depresi dan Inilah yang Aku Ingin Kamu Tahu
Oleh Wendy W.
Artikel asli dalam bahasa Inggris: I Have Depression and This Is What I Want You to Know
Aku tidak pernah terpikir bahwa aku akan mengalami depresi. Aku pikir hanya orang lain saja yang mengalami depresi. Bahkan ketika seorang teman dekatku berjuang melawan depresi beberapa tahun lalu, aku tak dapat memahami kesulitan yang dia hadapi. Aku menganggap itu hanyalah sebuah titik bawah kehidupan yang dialami oleh beberapa orang dan pada akhirnya mereka akan lepas daripadanya, jika saja mereka berusaha cukup keras.
Depresi adalah sebuah konsep yang asing bagiku, dan “depresi” adalah sebuah kata yang biasa aku gunakan secara gampang saja ketika aku merasa sedih. Aku tidak mengerti apa itu depresi—sampai ketika aku mengalaminya.
Berdasarkan Studi Kesehatan Mental Singapura yang diadakan tahun 2010, depresi klinis (major depressive disorder) menjadi penyakit mental yang paling umum ditemui. Satu dari 17 orang di Singapura pernah menderita depresi klinis pada satu waktu di dalam hidup mereka.
Membaca statistik atau cerita tentang masalah kesehatan mental adalah sebuah hal; namun mengalami dan hidup dengan masalah kesehatan mental tersebut adalah sebuah hal yang berbeda.
Bagiku, depresi adalah sebuah awan hitam yang menggantung di atas kepalaku, sebuah rasa dingin yang masuk ke dalam hatiku, sebuah tudung yang menutupi penglihatanku. Depresi adalah hari-hari yang bergerak dengan lambat, malam-malam yang penuh dengan air mata dan pikiran yang tak terbendung. Depresi adalah amukan terhadap keluargaku, namun di saat yang sama juga berpura-pura berlaku seakan aku baik-baik saja di sekolah, gereja, dan di luar rumah. Depresi adalah menangis tersedu-sedu di satu waktu dan tidak merasa apa-apa di waktu yang lain. Depresi adalah merasa diriku telah menjadi lebih baik di satu hari, dan merasa diriku benar-benar hancur keesokan harinya.
Tiga bulan telah berlalu sejak aku menemukan bahwa apa yang sedang kualami saat ini ternyata mempunyai sebuah nama.
Aku mengalami depresi, dan inilah yang aku ingin kamu tahu.
1. Tidak ada yang salah dengan apa yang kamu rasakan
Ada begitu banyak stigma tentang kelainan mental yang membuatku merasa bingung dan bersalah ketika merasakan perasaan depresi ini. Bukankah orang Kristen seharusnya senang setiap waktu? Jika aku mengalami depresi, apakah itu berarti aku telah melakukan kesalahan? Apakah mengalami depresi adalah semacam dosa?
Sebuah artikel yang kutemukan di Christianity Today mengatakan: “Meskipun masalah spiritual—seperti kebiasaan berdosa atau dosa yang tidak diakui, kurangnya iman, atau, dalam kasus-kasus yang langka, serangan Iblis—dapat memicu depresi, hal-hal itu seringkali adalah akibat dari depresi, bukan penyebabnya.”
Jangan salahkan dirimu karena mengalami depresi, karena itu bukanlah kesalahanmu. Apa yang kamu sedang alami adalah sebuah penyakit mental yang mungkin berasal dari banyak kemungkinan sebab, seperti kelemahan genetik, momen-momen luar biasa dalam hidup, masalah personal, atau penyakit. Sama seperti kamu tidak akan menyalahkan masalah spiritual sebagai penyebab kamu menjadi demam atau mengalami patah kaki, kamu juga tidak seharusnya langsung berasumsi hal yang sama untuk masalah depresi atau penyakit mental lainnya.
Dalam kasusku, depresi yang kualami dipicu oleh sebuah pengalaman yang pernah aku lalui.
Namun, jika kamu merasa depresimu diakibatkan oleh masalah spiritual, bicaralah dengan pendetamu atau dengan seorang konselor Kristen.
Depresi tak dapat memisahkanmu dari kasih Allah, meskipun kamu tak merasakan kasih itu (Roma 8:38-39).
2. Percayalah bahwa Allah selalu besertamu dan peduli denganmu
Ada banyak malam ketika aku merasa sendirian dan begitu malang. Ada banyak kali ketika kesedihan yang kurasakan terlalu berat untuk dapat kutanggung, dan sekilas pikiran tentang kematian melintas di pikiranku. Aku merasa seperti aku sedang menyia-nyiakan hidupku, seperti hidupku telah kehilangan warnanya dan tidak ada hal lain yang dapat kupegang.
Beberapa minggu lalu, seorang pengkhotbah di gerejaku mengatakan sebuah kalimat dalam khotbahnya yang menancap di kepalaku, dan yang telah memberikanku banyak penghiburan: Allah beserta kita dan peduli dengan kita.
Bahkan meskipun kamu merasa segalanya seakan tidak ada gunanya saat ini, percayalah bahwa Allah selalu berdaulat, mahatahu, berkuasa, bermurah hati, menyayangi, mengasihi, dan baik.
Depresi tak dapat memisahkanmu dari kasih Allah, meskipun kamu tak merasakan kasih itu (Roma 8:38-39). Meskipun malam-malam terasa panjang dan penuh dengan ratapan, ingatlah bahwa sukacita akan datang di pagi hari (Mazmur 30:6). Dia adalah Bapa segala rahmat dan Allah segala penghiburan, yang menghibur kita dalam segala penderitaan kita (2 Korintus 1:3).
Allah ingin menolongmu. Dia ada di sisimu dalam perjuanganmu. Dia membuatmu bertahan dan memberimu kekuatan. Yang kamu perlu lakukan hanyalah memanggil nama-Nya dan mendekat kepada-Nya.
Sebuah cara untuk mengingat kebenaran yang berharga tentang Allah ini adalah dengan mengingatkan dirimu setiap hari tentang kebenaran-kebenaran tersebut—bahkan lebih sering ketika kamu sedang menghadapi perang terhadap pikiran dan perasaan depresi.
3. Datanglah kepada-Nya di dalam doa, penyembahan, dan firman-Nya
Datang kepada Tuhan dapat menjadi sebuah hal yang sulit, khususnya ketika derajat depresi yang kamu alami begitu berat sampai-sampai membuka Alkitab atau mengucapkan doa terasa seperti sebuah pekerjaan. Aku tahu, karena aku merasa seperti itu—dan kadang masih seperti itu.
Kesalahanku adalah karena aku bepaling kepada hal-hal lain yang lebih rendah untuk menghibur diriku, yang hanya akan menyembuhkan mati rasaku untuk sementara waktu tanpa benar-benar mengisi lubang yang menganga di hatiku.
Namun Tuhan akan melakukan hal-hal yang luar biasa ketika kita memilih untuk berpaling kepada-Nya. Firman-Nya telah menghiburku begitu luar biasa saat ini—terutama kitab Mazmur, yang biasanya begitu membosankan bagiku. Tapi kini, di tengah air mataku, aku akhirnya dapat berempati dengan para pemazmur yang menuliskan mazmur mereka ketika mereka sedang berada di tengah penderitaan yang hebat atau ada di ujung kematian. Ada banyak mazmur yang menceritakan penderitaan para pemazmur, bagaimana mereka memalingkan pandangan mereka kepada Tuhan, mengingat kasih setia-Nya dan kasih-Nya yang kokoh, dan ditolong oleh tangan-Nya yang berkuasa (Mazmur 23, 30, 31, 62, 143).
Aku menuliskan ayat-ayat yang Tuhan pakai untuk mengatakan tentang damai ke dalam hatiku. Ayat-ayat itu melebihi segala pengertian, dan akan senantiasa kubawa dan kubaca dengan keras kepada diriku sendiri ketika aku mulai merasa depresi. Aku juga mendengarkan lagu-lagu penyembahan yang berpusat pada Kristus sebagai dasar bagiku. Secara khusus aku berterima kasih kepada album dari musisi Kristen Amerika bernama Steffany Gretzinger, The Undoing, yang berbicara kepadaku dengan banyak cara.
Diperlukan usaha untuk melihat ke luar dan ke atas kepada Tuhan. Tapi hanya Tuhan saja yang dapat memberikan kita kedamaian dan penghiburan yang kita cari dan butuhkan.
4. Ceritakan kepada seseorang yang dapat menolongmu
Pada awalnya, aku tidak dapat menceritakan apa yang sebenarnya kurasakan atau sedang kuhadapi. Semua yang aku tahu adalah aku menangis tanpa sebab yang jelas, selalu meratap, melalui sebuah kesedihan yang dalam dan tidak pernah pergi. Aku selalu dekat dengan keluargaku, khususnya orang tuaku, tapi aku tidak dapat dan tidak tahu bagaimana menceritakan apa yang terjadi pada diriku.
Aku pun pergi dan menceritakannya kepada teman-teman dekatku, seorang mentor di gereja dan bibiku, kepada mereka yang berdoa bersama denganku. Ada masa-masa di mana aku bereaksi dengan buruk dan Tuhan memakai saudari-saudariku ini untuk membagikan ayat-ayat Alkitab denganku, sebuah lagu atau kata-kata yang menguatkan yang aku butuhkan saat itu.
Akhirnya, aku mulai menemui seorang konselor Kristen. Selama dua bulan terakhir, dia telah membantuku melalui berbagai masalah yang memicu depresiku.
Penting bagimu untuk menemui teman-teman dan kerabat yang dapat dipercaya yang dapat mendukungmu di saat yang kamu butuhkan. Jika perlu, kamu juga mungkin dapat mempertimbangkan bertemu dengan seorang konselor Kristen atau dengan seorang dokter jika kamu terus mengalami depresi. Aku tahu betapa menakutkannya untuk memberitahu orang-orang yang kamu kasihi, dan untuk memulai pertemuan dengan seorang profesional, tapi aku bersyukur karena aku melakukannya. Karena tanpa dukungan mereka, aku tahu aku masih berada di tempat yang sangat buruk.
Sejak saat itu, dalam kebaikan dan kesetiaan Tuhan, Dia telah mengangkat kabut dari depresiku, sedikit demi sedikit. Dalam masa-masa yang sulit dan gelap, Dia telah menjadi cahayaku, kekuatanku, dan nyanyianku. Dia telah menempatkan orang-orang di dalam hidupku yang menunjukkan kasih Kristus kepadaku melalui penguatan, dukungan, dan doa-doa mereka. Dan yang terpenting, dalam proses tersebut Dia membuatku melihat lebih dalam tentang siapa diri-Nya, dan dengan halus berjanji kepadaku bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).
Untuk itu, aku berterima kasih kepada-Nya.
Aku ingin kamu tahu bahwa kamu tidak pernah dan takkan pernah sendirian. Kamu dikasihi sebagai seorang anak Allah, yang telah, sedang, dan selalu bersama denganmu dan peduli kepadamu. Beristirahatlah dan tenanglah di dalam kasih-Nya, saudara-saudariku yang terkasih.
Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu,
ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana;
jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.
Jika aku terbang dengan sayap fajar,
dan membuat kediaman di ujung laut,
juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku,
dan tangan kanan-Mu memegang aku.
Jika aku berkata: “Biarlah kegelapan saja melingkupi aku,
dan terang sekelilingku menjadi malam,”
maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu,
dan malam menjadi terang seperti siang;
kegelapan sama seperti terang.
—Mazmur 139:7-12