Splash Screen

Berkenalan dengan Oesusu, Desa Tanpa Listrik di Pelosok Negeri

Pulau Timor. Meski di peta ukurannya tampak kecil jika dibandingkan dengan Jawa atau Sumatera, tapi ketika menelusurinya, pulau ini cukuplah luas. Di sisi barat pulau Timor adalah bagian dari Indonesia yang masuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Timur, sedangkan di sisi timur dan sebagian area di utara adalah negara Timor Leste yang merdeka pada 1999.

Seminggu sebelum kami tiba di Timor, saya sempat berseloroh. “Emangnya masih ada ya desa yang beneran nggak ada listrik? Bukannya di pelosok pun sekarang udah ada minimarket?”

Seloroh itu muncul karena saya memang tidak punya gambaran akan desa-desa yang terletak di tempat terpencil. Sehari-harinya saya tinggal di pulau Jawa yang padat penduduk dan secara infrastuktur dapat dikatakan sudah cukup memadai—jalanan desa sudah teraspal, minimarket ada di pusat kecamatan dan dianggap secara de facto sebagai kemajuan ekonomi, serta listrik yang sudah bisa dinikmati oleh tiap warga walaupun mungkin kekuatan dayanya tidak sebesar di kota.

Dengan mindset khas orang kota itulah saya menginjakkan kaki di tanah Timor. Pelan-pelan apa yang tersaji dalam imaji saya pun meluntur. Dari kota Kupang yang adalah ibukota provinsi NTT, kami menyusuri jalan beraspal ke timur. Jalan ini disebut sebagai jalan Trans-Timor. Jika ditelusuri terus sampai ke ujung akan mengantar kami pada kota Atambua, dan jika diteruskan lagi, kami akan tiba di pos lintas batas negara antara Indonesia dan Timor Leste. Namun, perjalanan kami hari itu tidaklah sampai ke titik ujung. Hanya sekitar dua jam dari kota, tibalah kami di Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang.

Jalan menuju Desa Oesusu, harus menyeberangi sungai tanpa jembatan.
Jalan menuju Desa Oesusu, harus menyeberangi sungai tanpa jembatan.

Secara geografis lokasi kami berada tidaklah jauh dan “terpencil-terpencil” amat. Jalan aspal masih tersaji sampai kami tiba di depan balai desa.

“Masih kuat ya? Kita lanjut sekitar enam kilometer dari sini,” tanya Pak Eben, perwakilan dari aparatur desa yang akan mempertemukan kami dengan warga-warga yang rumahnya tak pernah dialiri listrik.

Semenit dua menit pertama kami masih menjumpai rumah warga dengan seutas kabel listrik menggantung di tepi jalan. Namun, setelah jalan terpotong oleh aliran sungai, suasana menjadi berbeda. Tak ada lagi rumah warga. Jalan yang semula berupa cor berubah menjadi berbatu. Beruntung karena siang itu tidak hujan sehingga permukaan jalan cukup solid untuk dilibas roda karet. Di kiri kanan kami hanya ada hutan. Semakin jauh kami melaju, semakin berkelok pula jalanan.

Kira-kira empat puluh menit tibalah kami di Desa Oesusu dusun IV. Secara administratif desa ini terletak di Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang. Titik utama dari desa ini ada pada bangunan balai warga yang tinggi menjulang dengan atap berbentuk hampir kerucut ditutupi oleh rumbia. Pada balai ini sudah berkumpul sejumlah warga yang akan mendengarkan pemaparan kami mengenai pelayanan misi Project Terang.

Selain Pak Eben, kami didampingi oleh beberapa aparatur desa dan Pak Fredy, hamba Tuhan dari gereja setempat. Mereka menolong kami menerjemahkan beberapa kosa kata bahasa Indonesia yang sulit dimengerti ke dalam bahasa lokal.

Sambil menanti seluruh warga hadir, tetua desa menyuguhkan kami kelapa yang langsung dipetik dari pohonnya… dan juga sirih dan pinang, khas dari budaya timur. Kami merasa terharu karena di balai dusun inilah seluruh warga hadir. Mulai dari orok sampai sesepuh semua berkumpul, duduk melingkar dan dengan saksama mendengarkan cerita kami.

Balai desa yang atapnya terbuat dari rumbia.
Balai desa yang atapnya terbuat dari rumbia.
Pinang dan sirih.
Pinang dan sirih.

“Mama-mama, bapa-bapa, ade-ade semuanya, di dalam Paket Terang ini ada lampu tenaga matahari dan buku-buku rohani…” saat kalimat ini terucap, kami melihat antusiasme yang tinggi dari semua warga, juga dari anak-anak saat mereka melihat buku-buku dengan sampul kartun yang memikat.

Dengan kemampuan bahasa daerah kami yang sangat terbatas, Pak Pendeta Fredy membantu memberikan penjelasan pada warga. Dalam bahasa lokal beliau menegaskan bahwa yang paling utama dari Paket Terang bukanlah lampu tenaga suryanya, tetapi firman Tuhan yang memberikan terang kekal.

“Ini lampu sonde boleh dibawa ke ladang ya..” sambung Pak Pendeta. Kalimat ini lantas disambut dengan gelak tawa para warga. “Ini lampu pakai untuk baca firman Tuhan tiap malam.”

Kehadiran kami di Desa Oesusu dusun IV adalah langkah awal dan nyata untuk memastikan pelayanan misi Project Terang berjalan lancar dan tepat sasaran. Kami ingin mengajak orang-orang Kristen di Indonesia untuk menyadari bahwa di zaman yang katanya telah modern ini, masih ada saudara-saudari kita yang hidup tanpa akses terhadap hak mendasar yang sama.

Mama Yohana, salah satu warga yang hadir di balai bercerita bahwa di desa ini memang tidak pernah dibangun instalasi listrik. Aktivitas warga hanya berlangsung saat matahari bersinar. Setelah gelap, tak banyak yang bisa dilakukan selain berdiam diri saja di rumah atau tertidur.

Nihilnya akses listrik kini dapat saya maklumi setelah melewati dan menyaksikan sendiri bagaimana medan sulit yang harus ditempuh untuk mencapai Desa Oesusu dusun IV. Aparatur desa pun menegaskan bahwa faktor geografis inilah yang jadi kendala terbesar dari rencana pembangunan infrastruktur.

Oleh karena itu inisiasi pelayanan misi Project Terang menjadi pelayanan yang membuat hati para warga bersukacita. Paket Terang yang mereka terima memberi mereka kesan bahwa di tempat pelosok pun mereka diingat oleh saudara-saudari seiman. Melalui pertolongan Roh Kudus, ikatan persaudaraan ini jugalah yang tentunya akan turut membangkitkan mereka semangat untuk bertumbuh dalam iman melalui pembacaan dan perenungan firman Tuhan yang dapat mereka mulai lakukan dalam mezbah-mezbah keluarga.

Sahabat ODB, Desa Oesusu dusun IV adalah salah satu dari desa-desa dan keluarga Kristen lainnya di pelosok negeri yang akan menerima pelayanan misi Project Terang. Pelayanan misi ini sepenuhnya didanai dari dukungan donasi para audiens dan pembaca Our Daily Bread di Indonesia. Pelayanan ini tentu tidak dapat kami lakukan tanpa dukungan dari Anda.

Terus dukung dan doakan agar melalui pelayanan misi Project Terang, Terang sejati dari Firman Tuhan boleh hadir dan memberkati setiap keluarga.