Artikel asli dari: Ketika Sulit Tidur Mengingatkanku akan Kesetiaan Tuhan
Sulit tidur, sulit memulai tidur, insomnia ataupun masalah-masalah
tidur lainnya, pernahkah kamu rasakan? Menjaga pola tidur sehat adalah
keharusan karena jika kita gagal melakukannya, dampaknya bukan hanya
ke kesehatan fisik tapi juga berdampak terhadap kesehatan mental kita.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa selama masa pandemi, lebih
banyak orang mengalami masalah-masalah tidur, termasuk aku. Aku sudah
tiga minggu lebih pindah ke tempat tinggal sementaraku yang baru,
sebuah asrama yang menampung petugas kesehatan yang merawat pasien
Covid. Tapi, ketika orang lain bisa dengan mudah beradaptasi dengan
lingkungan baru, aku mengalami beberapa kendala. Aku punya masalah
hidung sensitif dan kesulitanku beradaptasi dengan lingkungan baru
memicu kambuhnya insomnia. Kupaparkan gejala-gejalaku pada seorang
kawanku yang dokter, dan dia setuju kalau apa yang kualami sungguh
gejala insomnia. Jujur, aku malah jadi stress dengan hal ini dan
terpikir untuk menyerah saja. Dia menawariku obat tidur sebagai solusi
sementara, tetapi aku tidak memilih opsti itu.
Tiga minggu berkutat dengan insomnia membuatku bergumul. Kualitas dan
kuantitas tidurku berkurang drastis. Aku baru bisa tidur pulas sekitar
jam 3 atau 5 subuh meskipun aku sudah mendengar musik, membaca, atau
melupakan kepenatan sepanjang hari yang kualami. Kelelahan fisik yang
tak teratasi melalui tidur pulas juga mempengaruhi kondisi psikisku.
Ketika aku terjaga di malam hari, pikiran-pikiran buruk datang: bilaku
lulus nanti, apakah aku mampu jadi orang yang Tuhan dan orang tuaku
inginkan?
Namun, di tengah pikiran-pikiran negatif yang muncul itu, aku teringat
akan kisah seorang Gerasa, anak Yairus, dan perempuan yang sakit
pendarahan. Kisah tiga tokoh ini tercatat dalam Markus 5:1-43. Tokoh
pertama ialah seorang di Gerasa yang kerasukan roh jahat. Ayat ke-4
mencatat saking kuatnya kendali roh jahat atas tubuh orang tersebut,
tak ada satupun orang yang sanggup menjinakkannya, padahal orang itu
sudah diikat dan dibelenggu bahkan oleh rantai. Hingga akhirnya ketika
Yesus datang dan berseru, “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang
ini!” (ayat 8), keluarlah roh jahat dari tubuh orang Gerasa itu.
Tokoh kedua ialah Yairus yang tersungkur di depan kaki Yesus. “Anakku
perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah
tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup” (ayat 22), ucap
Yairus memelas. Yesus memenuhi permintaan Yairus, Dia pun pergi ke
rumah untuk menjumpai anak yang terbaring sakit itu. Di tengah
perjalanan, muncullah tokoh ketiga, sang perempuan yang sudah dua
belas tahun menderita sakit pendarahan. Tak ada obat maupun tabib yang
mampu menyembuhkannya. Ketika dia tahu ada Yesus di dekatnya, segera
dia berpikir, “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh” (ayat
28). Perempuan itu ternyata sembuh setelah menjamah jubah Yesus hingga
ia pun tersungkur di kaki-Nya. Kesembuhan juga dialami oleh anak
Yairus. Ketika orang-orang di rumah meratap dan menangisi anak yang
dianggap sudah mati itu, Yesus malah membangkitkannya.
Bagian ayat Alkitab ini bergema kuat di hatiku. Selama kita hidup,
kita tidak akan pernah bisa luput ataupun kebal dari pencobaan,
masalah, penyakit, juga dosa, seperti yang dialami juga oleh ketiga
tokoh di atas. Upaya kita sendiri untuk ‘sembuh’ seringkali menemui
jalan buntu. Namun, di sinilah kabar baiknya: kendati kita mungkin tak
berdaya menghadapi segala penderitaan itu, Yesus berkuasa untuk
mengatasinya. Yang kita perlukan hanyalah datang kepada-Nya dan
mengakui ketidakmampuan kita.
Aku sadar aku tak berdaya mengatasi gangguan sulit tidurku ini, dan
ketakutanku yang muncul setiap kali insomnia akan menelanku jika aku
tidak segera datang tersungkur ke kaki Tuhan. Saat mulutku enggan
berkata dan mengakui apa saja yang kuresahkan, Yesus hadir dan
menyapaku. Belas kasihan-Nya menjawab seruanku, bahkan yang tak
terkatakan sekalipun. Aku percaya ketika aku bergumul hebat dengan
kesulitan tidurku, Yesus turut hadir menemani dan menjamahku. Hingga
tanpa kusadari, di akhir bulan kedua ini aku jatuh tertidur lebih awal
dan ketika bangun di pagi hari aku telah tiba di bulan yang baru.
Insomniaku mungkin tidak akan hilang dalam sekejap. Ketika aku pindah
ke tempat yang baru atau mengalami kondisi yang mengguncangkan jiwa,
mungkin aku akan bergumul lagi dengan gangguan ini. Tapi, saat ini aku
merasa lebih baik. Aku mencoba lebih disiplin lagi dalam hal-hal
sederhana yang sebelumnya belum kulakukan maksimal. Aku menjaga
tubuhku terhidrasi dengan minum air yang cukup, juga mengompres kepala
dan hidungku saat mandi, atau membaca buku dan mendengarkan musik
dengan volume yang kupastikan tidak mengganggu teman sekamarku, serta
tidak tidur siang supaya malamnya aku lebih mudah tertidur.
Aku perlu untuk tetap disiplin melakukannya dan tidak menyerah karena
hal ini tidak terjadi satu dua kali. Aku juga perlu sadar akan
keterbatasan diri, tidak selamanya dan tidak selalu tubuhku mampu
untuk dapat berespons dengan cepat.
Untuk kamu yang masih bergumul dengan hal ap apun itu, jangan menyerah
ataupun berhenti untuk datang dan melekat pada-Nya, Ia tak akan
menyerah atas kita dan mau selalu beserta kita.
Persembahan kasih yang Anda berikan kepada Our Daily Bread Ministries memampukan kami untuk terus menghasilkan beragam renungan, podcast, video, dan materi lainnya bagi orang-orang yang membutuhkan penghiburan sejati dari firman Tuhan.
DUKUNG KAMI