Sendirian Tetapi Tidak Kesepian

Seumur hidup, kita menghabiskan waktu bersama orang lain. Saat lahir, kita punya orangtua yang mendampingi dan memberikan kita rasa nyaman. Saat usia sekolah, kita selalu punya teman yang mengisi hari-hari kita. Saat terpanggil untuk menikah, kita memiliki pasangan hidup yang berada di sisi kita baik dalam suka maupun duka. Kemudian, rumah semakin ramai dengan kehadiran anak. Ketika sudah saatnya anak keluar dari rumah, kemudian pasangan meninggal, kita merasakan kesepian dan kekosongan.

Hidup dan mati manusia ada di tangan Tuhan sehingga kita tidak bisa mengira-ngira siapa yang akan berpulang lebih dahulu. Kerap kali, setelah menjalani kehidupan bersama pasangan begitu lama, kita menjadi tergantung satu sama lain. Kita tidak siap kehilangan ketika tiba-tiba pasangan yang kita cintai dipanggil Tuhan. Terlebih, bila itu terjadi ketika anak-anak sudah dewasa semua, dan sudah memiliki kehidupan bersama keluarga mereka masing-masing.

Orangtua yang tidak siap hidup sendirian, seringkali akan membujuk anak-anak untuk tinggal bersama mereka. Bahkan, itu sudah disuarakan sejak anak belum menikah. “Kalau nanti kamu menikah, ajak suamimu tinggal di rumah kita saja, ya. Kan rumah Mama besar.” Dalam hati, orangtua menambahkan kalimat, “Nanti kalau Mama tinggal di rumah sendirian dan terjadi sesuatu, tidak akan ada yang tahu, dong…”

Dalam kultur Timur, khususnya Asia, permintaan demikian bukanlah hal yang aneh. Namun, meminta anak ‘berkorban’ menemani orangtua sebenarnya bukanlah hal yang benar, karena orangtua tidak seharusnya membebankan hidup kepada anak yang sudah berkeluarga dan memiliki tanggung jawab sendiri.

“Orang-orang yang kenal Tuhan tidak takut walau sendirian karena tahu siapa yang selalu setia berada di sisinya.”

Bila kesepian dan ketakutan hidup sendiri datang menyergap, tetaplah ingat dan percaya bahwa Allah yang Mahahadir akan menemani Anda. Dia Allah yang tidak pernah meninggalkan anak-Nya sendirian. Dalam Yesaya 46:4, firman Tuhan berkata: “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.”

Jadi, tidak ada alasan untuk merasa takut! Kita punya Allah yang setia, yang tidak pernah melepaskan tangan-Nya. Selama tubuh kita masih sehat, masih bugar, dan bisa beraktivitas, kita bisa menikmati kesendirian kita dengan cara-cara yang menyenangkan. Contohnya, kita bisa melakukan hal-hal yang mungkin tidak pernah dilakukan karena pasangan tidak suka, misalkan travelling ke tempat-tempat yang menantang. Atau melakukan hobi yang tidak sempat kita lakukan karena kesibukan membangun keluarga. Waktu yang tersedia juga bisa digunakan untuk mengembangkan talenta, misalnya menyanyi, bercocok tanam, belajar berdansa, melukis, dan lain sebagainya. Saat ini juga banyak webinar atau ibadah khusus lansia yang diadakan secara online. Anda akan beroleh banyak manfaat dengan mengikuti acara-acara tersebut.

Saya kenal seorang ibu yang memiliki tiga orang anak. Ia mengalami masa-masa yang sulit ketika ketiga anaknya satu per satu keluar dari rumah untuk bersekolah di kota lain. Namun, suaminya sabar menghibur dia dan mengajaknya menikmati hidup tanpa kehadiran anak-anak. Pelan-pelan, si ibu mulai bisa menerima dan menikmati hidup hanya berdua dengan suami. Mereka aktif berkegiatan bersama, pelayanan, jalan-jalan, dan kerap mengunjungi anak-anak di luar kota. Namun, beberapa tahun kemudian, sang suami mendadak dipanggil Tuhan, dan si ibu kembali merasa gamang. Ia yang sudah terbiasa hidup berdua, tiba-tiba harus sendirian. Apalagi kemudian anak-anaknya menikah dan tinggal dengan pasangan masing-masing. Namun berkat iman yang teguh dan kedekatan dengan Allah, ia sampai pada titik pengertian bahwa ia tidak sendiri. Bahwa keberadaannya hingga detik ini adalah karena dan bersama Tuhan. Sekalipun menempati rumah yang luas sendirian, ia tahu Tuhan selalu hadir di rumahnya, menjaga dan menyertai dia. Sekarang, ibu ini menikmati masa senja sendirian. Setiap kali ada orang bertanya: “Kamu cuma sama pembantu di rumah?” Ia menjawab: “Tidak, sama Tuhan juga.”

Menikmati masa tua sendirian adalah kesempatan berharga untuk hidup full time bersama Tuhan. Kita harus menanyakan pada diri sendiri: “Kalau saya ada sampai hari ini, pekerjaan apa lagi yang harus saya lakukan, Tuhan?” Kalau Anda tahu jawabannya, lakukan itu sepenuh hati karena hari-hari yang Tuhan anugerahkan sangatlah berharga.

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. – Pengkhotbah 3:1

Penulis:
Charlotte Priatna
Disarikan dari buku: “Learning to Stop: Bisakah Kita Berhenti Menjadi Orangtua?”

Bagikan Artikel ini!